Kamis, 18 April 2013

kicauan kecil untuk hunian yang hilang

menuju sebuah pintu yang terdapat pada ruangan ini,
hendak membukanya agar bisa menikmati suasana pagi yang indah ini.
terhirup udara pagi yang segar,
dan memandangi langit yang masih agak kelihatan gelap.
mentari pun belum juga muncul,
aku mendengar kicauan burung yang begitu indah,
walau tak seramai kicauan burung di kampung.
apa bedanya?
mataku terhalang oleh bangunan yang tinggi yang ada di hadapanku,
aku tak bisa membuat pandanganku berkeliaran.
di kampung?,
mata ini bisa berjalan, memandangi rindangnya pepohonan dan suasana langit yang begitu indah.

itulah sebabnya, brurung-burung berlari meninggalkan kediamannya.
kediamannya hancur digilas.
lalu kemana mereka?
mereka terbang sangat jauh,
hingga menemukan tempat untuk hinggap dan bersarang.
di sini tak ada tempat untuk mereka,
manusia cukup "nakal" untuk merusak kediamannya.
mungkin karena manusia tak suka dengan alam,
atau karena manusia hanya suka dengan bangunan tinggi itu yang membuat mataku memerah dan perih memandangi persegi panjang yang berdiri kokoh.

untungnya aku punya satu pohon rindang.
hingga aku masih bisa merasakan segarnya udara pagi.


19 april 2013
kediaman kecilku

Selasa, 16 April 2013

cakrawala berbisik

cakrawala menyingsing,
mentari menyapa
malam pun beristirahat.
burung beterbangan,
 sang ayam berkokok.
nestapa hidup merasakan,
alam yang elok kini masih terlihat indah.
tapi entah lima atau sepuluh tahun  berikutnya.
aku bergeming,
nelansar hidup menyaksikan,
berjalan menembus tepi langit, tapi tak pernah tergapai.
dalam harap langit memotret "hidup" bumi yang bergantung.
cakrawala berbisik akan keindahan yang dulu.
dulu BUKAN sekarang!


11 april 2013

kidungan hujan

setelah engkau tahu yang menguji hati,
maka alunkan kakafoni itu.
agar suara hatimu dapat terdengar olehnya.
gertak hati tak ingin berbalik, 
tapi apa daya..
angin telah terlanjur membawa cerita ini padanya.
aku bungkam, tak berkata apa.
aku diam, tak ingin menatap.
tertunduk malu melihat ujung kaki yang tak berkutip.
air mata ini jatuh seiring hujan yang turun perlahan membasahi.
ini bukan hujan yang seindah kemarin, tapi ini bagai rintikan jarum yang menusuk ke tanah.
hingga terdengar petir berkementam aku masih di sini.
tak bergerak sedikitpun.
terpaku di sini.
tak mampu bergerak,
pikirannya mengembara entah kemana.
hingga kidungan hujan masih menemani.
terdengar begitu sendu,
hingga air mata ini tak berhenti tumpah.
matanya membengkak, tapi itu tak begitu jelas.
dan pada akhirnya,
seiring dengan hujan malam telah menghampiri secara perlahan.
menikmati dingin yang begitu menyeruak di sekujur tubuhnya.



16 april 2013
kidungan hujan menemani.

Jumat, 12 April 2013

dalam aku tersimpan aku

dan melukiskan wajah sedihmu pada kanvas itu.
kau murung,
 kau?
kau tak tersenyum.
pandanganmu kosong,
pikiranmu rancu.
kau?
kemana kau?
aku rindu pada aku.
aku melihat tak ada aku.
aku murung,
aku diam,
aku kosong.
pikiranku kosong, rancu!
aku pergi!
mencari aku yang kemarin.
aku hari ini bukan aku yang kemarin.
aku hari ini bukan aku yang kemarin.
aku tak sadar.
dalam hening aku tersadar sendiri.
aku terbangun,
menyaksikan aku yang pernah hilang, tapi tak cukup panjang.
aku kembali, aku menjadi yang kemarin.
dan bukan aku yang semalam.

11 april '13

Rabu, 10 April 2013

rindu mendulang pada hujan

hujan kini telah menghampiri setelah kemarin dia pergi meninggalkan kota ini.
kini dia kembali membawa alunan indah lewat rintikannya dan dingin yang begitu menusuk.
aku rindu!
rindu padamu, hujan!
setelah kepergianmu, aku kembali menatapmu lewat jendela kamarku yang agak berdebu ini.
tapi sudahlah, aku tak ingin melihat itu!
aku hanya ingin melepas rindu pada hujan!
terlalu merindu, hingga kata-kata ini terdengar berlebihan.
rindu mendulang padanya, kini telah terobati.
tulisan singkat ini hanya aku berikan pada hujan.
terima kasih telah datang kembali, tapi tidak untuk berlama-lama.