Selasa, 16 Oktober 2012

berjalan menyusuri malam, hingga lampu jalan kota menemani..
masih merasakan tamparan polusi.
walau sebenarnya bulan telah menampakkan dirinya.
melaju tak begitu kencang, melihat suasana bahu jalan yang semakin terlihat ramai oleh parah kaumNya.



Rabu, 03 Oktober 2012

pengejaran harapan

dalam jiwa yang memberikan ketenangan,
terima kasih telah membuat hati ini damai.
damai dalam kelamnya pemikiran yang entah itu disebut apa.
tenggelam dalam lautan kehidupan yang kadang tak nyata.
diri ini,
berdiri di sini.
dan mengatakan , jangan berikan kesempatan kepada kegembiraan dan ratapan. 
memberikan klimaks yang begitu dalam.
antusias kehidupan dalam menyambut bayangan masa depan itu lebih bijaksana.
seorang pelukis memberikan warna pada kanvasnya agar terlihat indah.
menghasilkan sebuah nilai yang begitu tinggi.
tak terlihat dari apa, namun itu adalah seni.
karena warna dapat menyembuhkan,
karena warna dapat memberikan semangat.
lalu, mengapa tak menghubungkan itu?
kacau!
bagaimana dengan masalah hati?
mempunyai kemantapan hati tujuan jangka panjang harus dimiliki.
agar tak tergoyah dengan kegagalan jangka pendek.
diri ini takkan membiarkan ketakutan menyelimuti, karena akan membuat mundur dari pengejaran harapan.
seharusnya diri ini tahu, dari semua pembohong di dunia ini hal yang paling buruk adalah rasa takut itu sendiri.

lebih baik berani menghadapi hal-hal besar demi kemuliaan kendati banyak bayangan tentang kegagalan ketimbang bersekutu dengan orang-orang yang berjiwa malangdan takut terhadap penderitaan. sebab mereka hidup dalam "senja abu-abu" yang tidak mengetahui arti kemenangan atau kegagalan. (Theodore D. Roosevalt)





Selasa, 02 Oktober 2012

telah lalu

jarum jam menunjukkan tepat pukul 8.00 wita.
waktu dimana tempat peraduan ini berada.
tak lagi mengambil langkah pelan, berlari lalu menancapkan semangat di atas tanah kehidupan.
percaya pada keinginan yang akan  tercapai.
jangan memulai harapan tanpa keyakinan.
terdengar suara samar,
itu adalah beo dari tetangga sebelah yang meratapi nasib!
kasihan!
bukan maksud untuk mengejek,
lalu apa?
hanya memberi pertanda sikap pada waktu yang telah lalu.
tak mesti jadi santapan wajib di hadapan cermin yang menjadi saksi air mata mengalir dari pipinya.
memberikan suapan yang mungkin sedikit atau lebih menyakitkan dari apa yang saya lihat.
memang nyatanya tak mengerti tapi masih bisa merasakan pandangan kosongnya.
memberikan pertanda terikat pada keinginan yang tak semestinya dia terima.
memandangi dari balik jendela, melihat dia ke penghujung jalan.
harapan untuk lanjut mestinya telah ada sejak kepergian pasangannya.
namun dia tetap saja meratapi.
penuaan yang terjadi tak menyadarkan dirinya.
berbicara tapi tak mempunyai makna.
itulah dirinya yang hidup dalam keinginan masa lalu.


............
03 oktober 2012. 09:10 wita.

label pagi

sepertinya pagi telah menyapa,
terlihat begitu cerah dan membuat hari ini terasa lebih dari sebelumnya.
pandangi sang mentari yang elok d ufuk sana,
mengingatkan pada suasana dua dekade yang telah lalu.
tersipu malu ketika memori klasik itu terbesik.
memandangi langit yang begitu cerah,
dan orang-orang memulai aktivitasnya.
namun disini kumasih tetap saja belum beranjak.
tak begitu indah namun itulah kenangan.
kenangan yang telah terlewatkan oleh waktu.
dan hanya bisa melihatnya dalam memori klasik.
entah sampai kapan akan tersimpan,
atau hanya untuk sementara?
sebuah keinginan yang tak mungkin terulang.
perbait kata-kata ini terus mengalir.
seolah menyuplai tenaga untuk terus memainkan kunci kata.
tak berhenti sampai disini, semua mengalir begitu saja.
menumbuhkan keinginan untuk memainkan pena.
ah! bukan!
ini bukan pena, ini hanya sebuah tombol.
itu maksudnya, tapi entah namanya apa.
memberikan ejekan !
hanya bisa tertawa lepas melihat itu.
tapi lupakan sepenggal kalimat tadi,
beralih pada sebuah retorika, atau janganlah sebut seperti itu!
terlalu tinggi untuk memajangnya pada tulisan sederhana ini.
lalu apa?
cukuplah sampai pada ujung kalimat ini.

menyebut apa
03 oktober 2012. 06:52 wita


inilah tanganku, genggamlah dengan keindahan tanganmu.

beranjak dari peraduan nasib.
tak tau menentukan arah kemana.
melihat segelintir kenestapaan yang tak juga meredam.
melihat peraduan yang berharap netralitas.
aku berpikir dengan jujur bahwa lebih baik gagal pada sesuatu yang kamu cintai daripada berhasil pada sesuatu yang kamu benci. ( george F. burns)
tak berharap keinginan ini hadir dalam keadaan yang tak semestinya.
membuat satu atau dua kening mengerut dalam pemahaman yang ambigu ini, menurutnya.
tapi tetap saja bergelut pada retorika yang tak punya tanggungjawab, menurutku.
meredup keinginan untuk menapaki, namun gejolak ini tetap saja ingin merenggut.

kembali kuberadu pada kenestapaan.
terlalu hina dengan kata itu!
seolah tak punya keinginan untuk melawan arus.
layang-layang saja dapat terbang karena menentang angin, bukan untuk mengikuti angin.
tak berpikir sampai serumit ini, tapi mencoba untuk berbuat.
mencoba melihat peradaban kehidupan yang ada dihadapanku.
pohon yang memiliki lingkaran sebesar pelukan orang dewasa berasal dan tumbuh dari benih yang kecil.
bangunan setinggi sepuluh tingkat pun dibangun dari dasar tanah. dan perjalanan seribu kilo meter selalu dimulai dari satu langkah. (laozi)
lalu, masih adakah terbesik untuk tak melanjutkan jalanmu?
berhentilah memberikan tatapan kosong pada jalan itu.
tak peduli apapun yang menerpa.
genggam tanganku, jangan biarkan diri ini terjerat dalam pemikiran yang bertopan.

resiko dan keyakinan itu seharusnya telah tertanam.
tidak ada pertumbuhan inspirasi jika hanya tinggal di dalam suatu tempat yang aman dan nyaman.


tercipta dari kesalahan yang mencoba ingin berhenti untuk melangkah. namun TIDAK!
02 oktober 2012. 20:07 wita.