Kamis, 22 Mei 2014

matahari meredup, karena malu

siapa kamu?
aku melihatmu, mendengarmu dan merasakanmu.
sedangkan aku,
aku hanyalah mentari yang tak meredup dan senantiasa bersinar meski diselingi awan tebal, air hujan, maupun pekat malam.
kecuali jika mata terpejam.
apa yang aku bisa lakukan?
sudahkah mata terpejam?

aku yang seperti aku,
takkan pernah kau mengeti bila kau tak menampakkan dirimu.
kau seperti "hantu" yang mampu aku rasakan namun tak terlihat walau setitik dari jasad tubuhmu.
kamu bukanlah cleopatra yang memiliki kecantikan tiada tara
yang menjadi rebutan dua raja singgasana agung!
kamu bukanlah mereka.
lalu siapa kamu?
kamu adalah kamu,
apa arti kamu untukku?
tak butuh jawaban untuk itu.
aku hanya tahu,
kata hati ini menyuarakan perasaan yang tak terbendung untukmu.
hanya itu...
tak lebih dari itu.
dan itu bagiku kesucian untuk perasaanku sendiri dalam tingkat tinggi kesempurnaan.



terima kasih (waktu)

menyambut pagi di bawah pohon yang menyejukkan dan meninggalkan jejak merpati didahannya.
mengapa merpati begitu setia?
apakah manusia dapat sesetia merpati?
entahlah~
di sini, masih menyisahkan beberapa tetesan embun tadi pagi
kita masih berdiri rapi di tempat ini.
menitipkan rindu pada angin,
bercerita tentang cinta pada dedaunan,
dan meninggalkan kisah pada tempat yang indah ini.
aku dan kamu berlalu dalam setiap waktu yang telah dilalui.
terlewat dalam setiap menit dan detik yang memberikan kenangan
~
biarkan cerita sebait ini mengungkap seribu makna dibalik kata
ini hanya sepenggal kisah dari beribu kisah yang tercipta karena merpati