Jumat, 28 Februari 2014

bukan (hati) itu

ketika fajar menyambut dengan indahnya, 
kumelihat jalan yang sunyi masih menghiasi mata.
terlihat kosong dan hanya ada daun yang beterbangan. 
seiring dengan itu aku menikmati setiap sentuhan angin yang berhembus dengan perlahan dan menyejukkan. memberikan tamparan yang begitu lembut.
~
berjalan dan menutup mata hanya untuk mendengarkan bisikan angin yang kadang malu untuk berucap.
kabut-kabut masih terlihat jelas menutupi gunung yang menjulang tinggi.
kadang membentuk cincin, dan terlihat indah.
seolah membentuk jari manis yang terhias oleh cincin.
aku mengenakan itu pada hidup sang putri dalam cerita dongeng yang berakhir indah dengan pangeran.
mungkin?
mungkin saja, namun mustahil.
mendengar itu, orang-orang akan tergelitik.
ketika semakin jauh melangkah melewati setiap bait cerita ini, udara semakin dingin merasuk menusuk tulang.
tetap saja aku masih menikmati itu.
walau membuat jari-jari ini sulit untuk bergerak.
~
lalu apa lagi?
pikiran ini semakin mengacu adrenaline untuk terus berjalan.
entah apa yang diharapkan, namun ada saja alasannya.
aku tak tau, jiwa pun demikian.
hanya hati yang mengetahui itu.
Ah!
ini masalah hati.
aku salah kaprah.
aku berbalik, dan pergi.
hatiku tak demikian.
jalan benar hati tak tertuju,

sebut saja (kau)

selamat malam untuk kamu yang menanti hati
selamat malam untuk kamu para pengagum
dan selamat malam untuk malam yang indah ini.
kumenyambangi malam ketika senja telah berlalu
berjalan dan menikmati setiap hempasan angin
kau tersenyum seolah melihat sesuatu yang kamu rindukan.
kau memalingkan pandangan seolah kau menyembunyikan kata rindumu
kau terdiam seolah kau tak tau apa-apa

namun kau?
~kau pergi.

Rabu, 26 Februari 2014

pagi tak buta

aku di sini masih menanti sang fajar,
dengar bisikan yang begitu mengharukan hingga tak satupun kata-kata yang mampu terucap.
kau adalah...
kau tegar,
kau yang selalu tersenyum walau perih telah menghujammu.
ini akan menjadi catatan khusus untukmu, kawan.
hidupmu keras tapi tak sekeras hatimu.
diam, membisu, hingga tak ada satupun yang terdengar.
kesunyian, kebimbangan, hanya itu yang merasuk.
lalu?
kualihan pandanganku dan aku tak mampu untuk mengutuk keadaan.
keadaan ini.
lantas apa yang ada?
hanya waktu yang terasa terbatas untuk mengungkap caci maki dari setiap keinginan hati yang tak terjamah.
~
pagi telah menyambangiku lebih cepat dari perkiraan,
hingga aku sadar tak selalu waktu akan memberi kesempatan unuk membawamu bersamaku, dan menciptakan rasa sesal jadi ssebuah senyuman darimu dan dirinya yang dipisahkan.

takkan kubiarkan bait terakhirku mengukir rasa sesal,
walau hanya cerita yang tak seindah dongeng.
biarkan kisah itu mengalir dengan waktu hingga diujung jalan kau akan berbalik dan tersenyum padaku :)
sekian.

Selasa, 25 Februari 2014

...

terlalu lama rasanya bila harus menunggu ucap darimu.
terlalu naif  bila harus menunggumu lagi.
terlalu lama bila harus mengharapkanmu.
bila kau ingin, hanya sekedar memahami.

(?)

percayakah dirimu akan keindahan ini?
yang kadang membuat hatimu merona jingga?
percayakah dirimu akan kekuatan cinta yang menyimpan sejuta rahasia dibalik waktu.
menuju langit hingga diujung langit, meneriakkan kata cinta?

Senin, 24 Februari 2014

satu dari seribu kisah tentang ini,

hujan
aku tak pernah menyalahkanmu
aku tak pernah.
sekalipun tak pernah.
namun,

hujan,
apa yang kamu inginkan?
tak inginkah kau beristirahat sejenak?

hujan,
ketenangan, masa lalu, dan kesedihan.
kau seolah membawa itu kembali.

hujan,
elok rupa dari rintikan yang jatuh perlahan~perlahan~perlahan dan akhirnya deras hingga sekujur tubuh ikut basah dan menikmati rintikanmu. bahkan ikut "menabur" lewat tetesan hujan yang menyerap lewat kain tipis yang ia kenakan.

dari sekian banyak,


hujan tumpahkan rindu

deras hujan yang turun, aku masih duduk di sini.
hanya ada suara gemericik air yang terjatuh lewat atap rumahku.
apa kau di sana juga menyaksikan hal yang sama?
saya harap iya.
karena rindu begitu mendulang dan tak sanggup kusimpan lagi.
setidaknya hujan ini telah membasuh hati lewat rintikan yang begitu merdu.
hingga malam menyapa, tak ada yang menyadari itu.
mereka terlalu terhanyut mendengar hujan mendendangkan irama yang begitu merdu, merdu, dan sangat merdu.
ingin kuartikan apa untuk hari ini?
hari yang begitu menyisahkan begitu banyak cerita hujan dan cinta yang telah ia titipkan.
jangan biarkan aku berlabuh.
biarkan aku tetap berlayar diatas pusara cintamu yang begitu tulus dan tak berharap apa.
mimpi yang tenggelam akan bangkit,
keinginan yang perlahan pudar kembali terlihat.
lalu?
lalu apa?
kuurungkan niat untuk menyinggung waktu, biarkan ia terlena dengan detik dan menit yang begitu setia menemani. hingga malam dan pagi pun seperti itu.