Jumat, 28 Februari 2014

bukan (hati) itu

ketika fajar menyambut dengan indahnya, 
kumelihat jalan yang sunyi masih menghiasi mata.
terlihat kosong dan hanya ada daun yang beterbangan. 
seiring dengan itu aku menikmati setiap sentuhan angin yang berhembus dengan perlahan dan menyejukkan. memberikan tamparan yang begitu lembut.
~
berjalan dan menutup mata hanya untuk mendengarkan bisikan angin yang kadang malu untuk berucap.
kabut-kabut masih terlihat jelas menutupi gunung yang menjulang tinggi.
kadang membentuk cincin, dan terlihat indah.
seolah membentuk jari manis yang terhias oleh cincin.
aku mengenakan itu pada hidup sang putri dalam cerita dongeng yang berakhir indah dengan pangeran.
mungkin?
mungkin saja, namun mustahil.
mendengar itu, orang-orang akan tergelitik.
ketika semakin jauh melangkah melewati setiap bait cerita ini, udara semakin dingin merasuk menusuk tulang.
tetap saja aku masih menikmati itu.
walau membuat jari-jari ini sulit untuk bergerak.
~
lalu apa lagi?
pikiran ini semakin mengacu adrenaline untuk terus berjalan.
entah apa yang diharapkan, namun ada saja alasannya.
aku tak tau, jiwa pun demikian.
hanya hati yang mengetahui itu.
Ah!
ini masalah hati.
aku salah kaprah.
aku berbalik, dan pergi.
hatiku tak demikian.
jalan benar hati tak tertuju,

Tidak ada komentar:

Posting Komentar