Senin, 19 November 2012

Rajutan itu…


Selasa pagi,
pagi yang begitu cerah di tengah November ini.
Seiring waktu berlalu, kicau burung tak lagi kudengarkan.
Hingga kuterbangun di pelabuhan pulau kapuk.
Yang memaksa untuk mengikuti kemana arah kicau itu pergi.
Lewat jendela, tersibak angin ringan menyentuh pipi yang membuyarkan aku dalam lamunan.
Yang mengingatkan pada sebuah rajutan yang tak pernah sempurna.
Hingga rajutan itu mengepakkan sayap-sayapnya dan terbang menuju lingkaran cakrawala liar.
Bila badai ingin memisahkan benang-benangnya, maka hujan akan  menyatukan pada tempat dimana titik hujan itu berpijar.
Hingga Kebisuan malam membawakan  mazmur benang untuk mereka.
Kau tau untuk apa?
Untuk mengemban pesan cinta pada rajutan itu.
Dalam kerinduan, hubungan pengait dan setali benang adalah sesuatu yang pernah kuketahui dalam hidup.
 Bila sepi telah puna, maka cinta turut terbang.
Seseorang tak akan merasakan betapa berarti sebuah rajutan ketika bukan dia yang membuatnya.
Inilah ukuran sesuatu yang tidak tampak dan tidak mesti untuk diperlihatkan.
Tapi, cerita ini tersembunyi di balik cinta.
Tak pernah terbesik untuk membuat penyamaran kisah ini,
Kisah ini kuhadirkan dalam ketelanjangan  kalimat demi kalimat hanya untuk rajutan yang tak pernah sempurna.

09:55 wita., Selasa, 20 november 2012.
Pengait dan seuntai benang.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar