Minggu, 22 April 2012

tepisan angin (membawa alur itu kembali)


laksana menari di atas panggung sederhana namun beribu mata memandang.
 sang pena mulai berpentas,
menciptakan sebuah sandiwara yang begitu nyata.
lewat titik  garis yang tak menentu tercipta,
kadang membuatku terngangah dengan retorika yang dia lukiskan lewat panggung itu.
etos berbicara,
bergeming tak bernada.

berdiri di antara keramaian,
sosok itu begitu jelas!
melempar senyum indah seolah punya maksud.
berharap membawa sebatang bunga kampa untuk penaku yang sedang berpentas.
hadiah terindah darimu, begitu sang pena bergeming (bila kau bawakan sebatang bunga kampa untukku).

entah sampai titik berapa hingga mencapai klimaks yang sebenarnya.
terus saja melanjutkan sandiwara itu, tak tahu kapan akan usai.
satu etos tak akan bergeming lagi,
semua sama tak berdawai.
kau dengar itu?
atau kau hanya mampu pura-pura tak mendengar?
seolah bisu menyelubungi dirimu,
tak mampu memandang seolah kau berselimut dalam kegelapan.

kisah lampau tak mampu terulang,
hanya mampu menjadi sebuah pajangan.
lukisan kelabu pantas untuk masa itu.
kau berbaliklah sejenak, menatap seberapa banyak kau titipkan rindu pada sang rembulan?
mampukah kau menghitung?
sudahlah!
buat apa kau masih berdiri menatap kosong memikirkan sang rembulan!
sekali saja tuk menyapa kau tak pernah,
lalu, kau ingin menghitung apa?
anomi!!!

1 komentar: